1. Judulnya “Kebahagiaan Tak Bisa Dikejar”. Hal ini jadi mengingatkan
saya pada suatu kalimat “kemanapun kau pergi mencari, kau takkan
menemukannya, karena ia ada dihati—itulah kebahagiaan”.
Pernah jug
Pernah jug
a saya membaca buku Jalaluddin Rakhmat yg mengatakan bahwa
2. kebahagiaan adalah suatu pilihan, bukan sesuatu yang datang dari luar begitu saja.
“Benarkah kalimat2 tersebut? Sebelum menjawab hal ini, mari kita berbicara apakah kebahagiaan dan penderitaan. Jika kita berbicara masalah kebahagiaan, maka tidak terlepas juga dari kata “penderitaan”, karena dua kata tersebut berlawanan. Kalau kebahagiaan adalah pilihan, bagaimana dengan penderitaan..? pasti kita semua menentang sengit jika ada orang mengatakan bahwa kebahagiaan adalah suatu pilihan, karena dengan begitu secara tidak langsung juga mengatakan penderitaan (lawan kebahagiaan) adalah pilihan juga.
Dan saya yakin anda akan berseru : “Gila, siapa sih yang mau memilih menderita di dunia ini? Bahagia dan menderita tidak bisa dipilih semua datang kepada kita, diluar kehendak kita.”
Untuk mengurai hal ini, kita lihat contoh kisah ini. Ada teman istri saya yang yang tinggal di belakang perumahan elite Raffles Hills Cibubur, dan setiap hari dia naik angkot persis didepan gerbang Raffles hills tersebut. Suatu hari, dia naik angkot dan ternyata sopir angkot itu sudah kerjasama dengan para perampok yg naik angkot tersebut. Setelah keliling2 tol, dan semua perhiasan serta uang habis, akhirnya perampok tersebut menuju ke ATM dan memaksanya mengambil seluruh uang di ATM. Akhirnya semua habis, termasuk uang di ATM dan hanya tersisa “Rp. 20rb untuk ongkos pulang (kata perampok)”. Dan diapun diturunkan di tengah jalan tol yang sepi dan harus berjalan jauh untuk mendapatkan angkot.
Apakah dirampok adalah suatu pilihan..? tentu bukan. Jadi kalimat bahagia dan menderita adalah pilihan adalah salah! Tunggu dulu.. cerita ini belum selesai hingga disini.
Setelah kejadian itu, teman istri saya merasa penderitaannya sangat berat. Sesampai dirumah barulah dia sadar, dia bersyukur hanya uang yang diambil dan bukan kehormatannya, (mungkin 3 orang perampok itu segan untuk berbuat jauh karena dia memakai jilbab).
Apa yang dapat ditangkap dari cerita tersebut?
1. Pada awalnya gadis tersebut merasa menderita karena dirampok, tetapi
2. Dia jadi merasa bersyukur/bahagia karena hanya uang yg diambil (bukan kehormatannya).
Pada saat dirampok, nilai perasaan menderita tinggi dan nilai perasaan bahagia nol. Tetapi beberapa waktu kemudian, nilai perasaan menderita turun dan nilai perasaan bahagia naik (bahkan lebih tinggi dari nilai perasaan menderita)
Sekarang kita cermati :
.Dia dirampok –-perampokan—adalah musibah (external condition), sesuatu yg tak bisa dihindari.
.Dia merasa menderita –dan kemudian bahagia—adalah internal condition, pilihan yang dapat dilakukan.
Jadi harus dibedakan antara menderita (subyektif) dan musibah (obyektif).
Kejadian sesuatu, musibah, anugerah adalah takdir dan kondisi external, sedangkan bagaimana kita menyikapi –bersyukur, bahagia, mengeluh, kufur, menggerutu—adalah pilihan kita, karena hal itu menyangkut bagaimana kita merasakannya—perasaan—.
Jadi, jelaslah bahwa bahagia dan derita melibatkan perasaan yang dapat kita pilih.
Definisi Kebahagian
happymanApakah kebahagiaan itu..? Kenapa kita selalu mencari kebahagiaan? Sebagian orang berpendapat —juga saya— bahwa kebahagiaan adalah keadaan hidup dimana semua keinginan kita terpenuhi. Jadi dari definisi ini, kalau kita ingin bahagia (mengejar kebahagiaan) maka kita harus bekerja keras untuk memenuhi semua yang kita inginkan. Karena jaman sekarang semuanya harus pakai uang, maka untuk bahagia kita harus bekerja keras mengumpulkan uang dahulu untuk mencapai kebahagiaan. Inilah hedonisme, yang berawal dari pendapat aristoteles.
Dari jaman dulu, para filusuf besar sudah mencari cara untuk menemukan kebahagiaan, dan itu menjadi topik utama. Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan adalah good birth, good health, good look, good luck, good reputation, good money, and goodness.
Wah kalau menuruti definisi ini maka :
· Saya sulit untuk bahagia karena muka saya bad look.
· Kita jauh dari bahagia karena kita kerja di……. (bad money, he..he..he..)
· Kita juga lebih susah lagi bahagia karena di Indonesia orang sering pileren (Bad health).
Coba sekarang kita balik dengan pertanyaan, mengapa kita ingin sehat..?
Mungkin kita akan menjawab –agar bisa bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup, mengapa kita ingin kerja ? –agar mendapatkan penghasilan (uang), mengapa kita ingin uang? –agar dapat membeli barang yang kita inginkan (rumah, mobil, pakaian yang bagus), mengapa kita ingin membeli barang yang bagus? –agar kita senang dan puas dalam hidup, mengapa kita ingin senang dan puas? –agar kita bahagia, mengapa kita ingin bahagia? –agar………
Jelaslah bahwa akhir dari tujuan hidup didunia ini adalah kebahagiaan, bukan..?
Akhirnya, saya jadi sangsi kalau ada orang bilang biar miskin asal bahagia. Bagaimana bisa bahagia kalau segala kebutuhan serba kekurangan. Mau makan, enggak selera karena lauk ikan asin. Mau pergi2, males angkotnya jauh. Mau kondangan, malu karena baju jelek dan enggak enak sama tetangga karena harus ngutang dulu (belum.. pusing –nyaur utangnya-). Sesuatu yang naif, kan, jika kebahagian itu tidak berhubungan dengan uang dijaman sekarang.
Coba kita lebih cermat,
1. Si miskin akan bahagia jika dia tidak punya keinginan yg berlebihan sehingga semua kebutuhannya jadi tercukupi, (tidak ingin punya sepeda motor, tidak ingin makan pizza, tidak pengin ngutang, dst).
2. Semua yang saya sebutkan tadi sebagian besar berhubungan dengan perasaan bukan (underline word). Jadi mungkin “perasaan kita sajalah yang membuat kita menderita atau bahagia”.
Ingat, bahagia adalah perasaan. Dan perasaan itu sesuatu yang membuat kita sering salah. Dan perasaan itu berasal hati kita yang mudah membalik-balik (itulah mengapa hati kita disebut qolbu, –asal kata qolaba : membalik).
Pada saat kita merasa bahagia, apakah kita bahagia? Pertanyaan ini mungkin agak sulit dijawab.
Tapi akan saya jawab, pada saat kita merasa bahagia, kita sebenarnya kehilangan sebagian hakikat kebagiaan itu. Hal ini sama dengan
· pada saat kita merasa ikhlas, kita sebenarnya sedang riya’.
· Pada saat kita merasa khusuk dalam sholat, kita sebenarnya sedang tidak khusuk.
· Pada saat kita merasa rendah hati, kita sebenarnya sedang sombong.
Jadi kebahagiaan itu apa? Dengan susah saya menjawab dengan versi saya (yang pasti anda semua tidak sepenuhnya setuju), kebahagiaan adalah keadaan dimana kita tidak memikirkan bahwa kita bahagia, tidak merasa bahagia, tidak merasa sedih, dan dimana kita merasa senang serta tidak menginginkan apa-apa. Jadi pada saat bahagia, kita kadang tidak menyadarinya.
Susah juga ya…..saya juga bingung .
Begini saja gambarannya. Pada saat anda menonton bola, dan kesebelasan kesayangan anda mencetak gol, sesaat anda akan sangat gembira. Anda tidak ingat kalo udah mulai mengantuk, anda juga tidak ingin makan/minum, hanya memelototi bola tersebut. Anda sedang bahagia.
Atau saat anda bertemu kekasih anda, saking senangnya hingga tidak sadar malam mulai larut, tidak haus walau minuman yang tersedia juga sudah habis & kerongkongan kering karena ngobrol kesana-kemari, tiba2 anda lupa waktu sampai diusir hansip. Pada saat itu anda sedang bahagia.
Tetapi anda menyadari semua hal itu setelah waktu berlalu, setelah acara bola selesai (baru terasa lapar dan ngantuk), setelah sampai rumah sehabis bertemu kekasih (baru terasa haus dan merasa bahwa barusan melewati kebahagiaan).
Jelaslah bahwa kebahagian sebenarnya bukan hanya datang dari uang or material yang berlimpah seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Juga tidak seperti gambarang Aristoteles yang harus mempunyai segalanya untuk bahagia.
Jadi kalau kita berpikir bahwa dengan memiliki uang dan semua yang kita ingin adalah jalan menuju kebahagiaan, maka kita akan kembali pada pemikiran jaman Yunani kuno seperti aristoteles.
Kebahagiaan Menurut Islam dan Cara Mencapainya
Mengutip buku Kang Jalal, maka kebahagiaan di dalam Islam sudah digambarkan dengan jelas dalam Al Qur’an –kata aflaha yang merupakan derivasi kata falah dan kata tuflihuun menjelaskan dengan jelas arti bahagia –. Ini bisa kita dapati :
· Bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu berbahagia (2:189)
· Wahai orang2 beriman, janganlah kamu makan riba yang berlipat-lipat dan bertakwalah kamu kepada Allah, supaya kamu berbahagia (3:130)
· Wahai orang-orang yg beriman, bersabarlah, saling menyabarkan dan perkuat persatuanmu supaya kamu berbahagia (3:200)
· Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan berjuanglah di jalan Allah, supaya kamu berbahagia (5:35)
· Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi, berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat kebahagiaan (5:90)
· Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat berbahagia” (5:100)
· Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu berbahgia. (7:69)
· Hai orang-orang yang beriman, jika kamu memerangi musuh musuh, teguhkan hatimu dan berzikirlah kamu kepada Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu bahagia (8:45)
· Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan (22:77).
· Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu berbahagia (24:31).
· Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu berbahagia (62:10).
Ayat-ayat tersebut diatas menunjukkan bahwa Islam menerangkan dengan jelas cara-cara mencapai kebahagiaan. Hanya satu hal yang menyebutkan kita harus mencari nikmat Allah (rejeki) untuk mecapai kebahagiaan (Surat Al Jumu’ah : 31).
Jangan lupa, bahwa kita setiap hari 10 kali diajak untuk mencari dan mencapai kebahagian, yaitu dengan menunaikan sholat (saat bekumandang azan & iqomah dikumandangkan hayya ‘alas sholaah, hayya ‘alal falaah). Jadi, mengerjakan sholat akan membuat kita berbahagia.
Jelaslah sekarang bahwa sebagian besar kebahagiaan tidak didapat dengan memburu harta dan kekayaan. Tetapi bahagia yang abadi menurut Islam adalah selalu mengingat Allah dan bertakwa kepada-Nya.
Kebahagiaan dan Efeknya
Kebahagiaan membawa dampak psikologis yang sangat besar terhadap kehidupan orang yang bersangkutan. Seorang yang bahagia, cenderung berpikiran terbuka, suka menolong, dermawan dan care terhadap orang lain. Orang yang bahagia juga cenderung ikhlas berkorban untuk orang lain. Itulah yang disebut altruisme.
Terhadap orang yang anda cintai dan anda berbahagia dengannya, anda cenderung lebih sabar (walaupun sejatinya anda termasuk orang pemarah), mau menolong, mau meminjamkan uang (walaupun dengan begitu anda ngutang ke teman dekat anda).
Jadi jika ada orang yang sudah kaya, tetapi kikir, berarti dia belum berbahagia (bagaimana mau bahagia, kalau pikirannya mengejar harta terus..tanpa pernah bersyukur dan selalu merasa kekurangan).
Jadi menurut gambaran saya, begitulah (apa yang saya tulis diatas) yang dinamakan bahagia.
2. kebahagiaan adalah suatu pilihan, bukan sesuatu yang datang dari luar begitu saja.
“Benarkah kalimat2 tersebut? Sebelum menjawab hal ini, mari kita berbicara apakah kebahagiaan dan penderitaan. Jika kita berbicara masalah kebahagiaan, maka tidak terlepas juga dari kata “penderitaan”, karena dua kata tersebut berlawanan. Kalau kebahagiaan adalah pilihan, bagaimana dengan penderitaan..? pasti kita semua menentang sengit jika ada orang mengatakan bahwa kebahagiaan adalah suatu pilihan, karena dengan begitu secara tidak langsung juga mengatakan penderitaan (lawan kebahagiaan) adalah pilihan juga.
Dan saya yakin anda akan berseru : “Gila, siapa sih yang mau memilih menderita di dunia ini? Bahagia dan menderita tidak bisa dipilih semua datang kepada kita, diluar kehendak kita.”
Untuk mengurai hal ini, kita lihat contoh kisah ini. Ada teman istri saya yang yang tinggal di belakang perumahan elite Raffles Hills Cibubur, dan setiap hari dia naik angkot persis didepan gerbang Raffles hills tersebut. Suatu hari, dia naik angkot dan ternyata sopir angkot itu sudah kerjasama dengan para perampok yg naik angkot tersebut. Setelah keliling2 tol, dan semua perhiasan serta uang habis, akhirnya perampok tersebut menuju ke ATM dan memaksanya mengambil seluruh uang di ATM. Akhirnya semua habis, termasuk uang di ATM dan hanya tersisa “Rp. 20rb untuk ongkos pulang (kata perampok)”. Dan diapun diturunkan di tengah jalan tol yang sepi dan harus berjalan jauh untuk mendapatkan angkot.
Apakah dirampok adalah suatu pilihan..? tentu bukan. Jadi kalimat bahagia dan menderita adalah pilihan adalah salah! Tunggu dulu.. cerita ini belum selesai hingga disini.
Setelah kejadian itu, teman istri saya merasa penderitaannya sangat berat. Sesampai dirumah barulah dia sadar, dia bersyukur hanya uang yang diambil dan bukan kehormatannya, (mungkin 3 orang perampok itu segan untuk berbuat jauh karena dia memakai jilbab).
Apa yang dapat ditangkap dari cerita tersebut?
1. Pada awalnya gadis tersebut merasa menderita karena dirampok, tetapi
2. Dia jadi merasa bersyukur/bahagia karena hanya uang yg diambil (bukan kehormatannya).
Pada saat dirampok, nilai perasaan menderita tinggi dan nilai perasaan bahagia nol. Tetapi beberapa waktu kemudian, nilai perasaan menderita turun dan nilai perasaan bahagia naik (bahkan lebih tinggi dari nilai perasaan menderita)
Sekarang kita cermati :
.Dia dirampok –-perampokan—adalah musibah (external condition), sesuatu yg tak bisa dihindari.
.Dia merasa menderita –dan kemudian bahagia—adalah internal condition, pilihan yang dapat dilakukan.
Jadi harus dibedakan antara menderita (subyektif) dan musibah (obyektif).
Kejadian sesuatu, musibah, anugerah adalah takdir dan kondisi external, sedangkan bagaimana kita menyikapi –bersyukur, bahagia, mengeluh, kufur, menggerutu—adalah pilihan kita, karena hal itu menyangkut bagaimana kita merasakannya—perasaan—.
Jadi, jelaslah bahwa bahagia dan derita melibatkan perasaan yang dapat kita pilih.
Definisi Kebahagian
happymanApakah kebahagiaan itu..? Kenapa kita selalu mencari kebahagiaan? Sebagian orang berpendapat —juga saya— bahwa kebahagiaan adalah keadaan hidup dimana semua keinginan kita terpenuhi. Jadi dari definisi ini, kalau kita ingin bahagia (mengejar kebahagiaan) maka kita harus bekerja keras untuk memenuhi semua yang kita inginkan. Karena jaman sekarang semuanya harus pakai uang, maka untuk bahagia kita harus bekerja keras mengumpulkan uang dahulu untuk mencapai kebahagiaan. Inilah hedonisme, yang berawal dari pendapat aristoteles.
Dari jaman dulu, para filusuf besar sudah mencari cara untuk menemukan kebahagiaan, dan itu menjadi topik utama. Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan adalah good birth, good health, good look, good luck, good reputation, good money, and goodness.
Wah kalau menuruti definisi ini maka :
· Saya sulit untuk bahagia karena muka saya bad look.
· Kita jauh dari bahagia karena kita kerja di……. (bad money, he..he..he..)
· Kita juga lebih susah lagi bahagia karena di Indonesia orang sering pileren (Bad health).
Coba sekarang kita balik dengan pertanyaan, mengapa kita ingin sehat..?
Mungkin kita akan menjawab –agar bisa bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup, mengapa kita ingin kerja ? –agar mendapatkan penghasilan (uang), mengapa kita ingin uang? –agar dapat membeli barang yang kita inginkan (rumah, mobil, pakaian yang bagus), mengapa kita ingin membeli barang yang bagus? –agar kita senang dan puas dalam hidup, mengapa kita ingin senang dan puas? –agar kita bahagia, mengapa kita ingin bahagia? –agar………
Jelaslah bahwa akhir dari tujuan hidup didunia ini adalah kebahagiaan, bukan..?
Akhirnya, saya jadi sangsi kalau ada orang bilang biar miskin asal bahagia. Bagaimana bisa bahagia kalau segala kebutuhan serba kekurangan. Mau makan, enggak selera karena lauk ikan asin. Mau pergi2, males angkotnya jauh. Mau kondangan, malu karena baju jelek dan enggak enak sama tetangga karena harus ngutang dulu (belum.. pusing –nyaur utangnya-). Sesuatu yang naif, kan, jika kebahagian itu tidak berhubungan dengan uang dijaman sekarang.
Coba kita lebih cermat,
1. Si miskin akan bahagia jika dia tidak punya keinginan yg berlebihan sehingga semua kebutuhannya jadi tercukupi, (tidak ingin punya sepeda motor, tidak ingin makan pizza, tidak pengin ngutang, dst).
2. Semua yang saya sebutkan tadi sebagian besar berhubungan dengan perasaan bukan (underline word). Jadi mungkin “perasaan kita sajalah yang membuat kita menderita atau bahagia”.
Ingat, bahagia adalah perasaan. Dan perasaan itu sesuatu yang membuat kita sering salah. Dan perasaan itu berasal hati kita yang mudah membalik-balik (itulah mengapa hati kita disebut qolbu, –asal kata qolaba : membalik).
Pada saat kita merasa bahagia, apakah kita bahagia? Pertanyaan ini mungkin agak sulit dijawab.
Tapi akan saya jawab, pada saat kita merasa bahagia, kita sebenarnya kehilangan sebagian hakikat kebagiaan itu. Hal ini sama dengan
· pada saat kita merasa ikhlas, kita sebenarnya sedang riya’.
· Pada saat kita merasa khusuk dalam sholat, kita sebenarnya sedang tidak khusuk.
· Pada saat kita merasa rendah hati, kita sebenarnya sedang sombong.
Jadi kebahagiaan itu apa? Dengan susah saya menjawab dengan versi saya (yang pasti anda semua tidak sepenuhnya setuju), kebahagiaan adalah keadaan dimana kita tidak memikirkan bahwa kita bahagia, tidak merasa bahagia, tidak merasa sedih, dan dimana kita merasa senang serta tidak menginginkan apa-apa. Jadi pada saat bahagia, kita kadang tidak menyadarinya.
Susah juga ya…..saya juga bingung .
Begini saja gambarannya. Pada saat anda menonton bola, dan kesebelasan kesayangan anda mencetak gol, sesaat anda akan sangat gembira. Anda tidak ingat kalo udah mulai mengantuk, anda juga tidak ingin makan/minum, hanya memelototi bola tersebut. Anda sedang bahagia.
Atau saat anda bertemu kekasih anda, saking senangnya hingga tidak sadar malam mulai larut, tidak haus walau minuman yang tersedia juga sudah habis & kerongkongan kering karena ngobrol kesana-kemari, tiba2 anda lupa waktu sampai diusir hansip. Pada saat itu anda sedang bahagia.
Tetapi anda menyadari semua hal itu setelah waktu berlalu, setelah acara bola selesai (baru terasa lapar dan ngantuk), setelah sampai rumah sehabis bertemu kekasih (baru terasa haus dan merasa bahwa barusan melewati kebahagiaan).
Jelaslah bahwa kebahagian sebenarnya bukan hanya datang dari uang or material yang berlimpah seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Juga tidak seperti gambarang Aristoteles yang harus mempunyai segalanya untuk bahagia.
Jadi kalau kita berpikir bahwa dengan memiliki uang dan semua yang kita ingin adalah jalan menuju kebahagiaan, maka kita akan kembali pada pemikiran jaman Yunani kuno seperti aristoteles.
Kebahagiaan Menurut Islam dan Cara Mencapainya
Mengutip buku Kang Jalal, maka kebahagiaan di dalam Islam sudah digambarkan dengan jelas dalam Al Qur’an –kata aflaha yang merupakan derivasi kata falah dan kata tuflihuun menjelaskan dengan jelas arti bahagia –. Ini bisa kita dapati :
· Bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu berbahagia (2:189)
· Wahai orang2 beriman, janganlah kamu makan riba yang berlipat-lipat dan bertakwalah kamu kepada Allah, supaya kamu berbahagia (3:130)
· Wahai orang-orang yg beriman, bersabarlah, saling menyabarkan dan perkuat persatuanmu supaya kamu berbahagia (3:200)
· Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan berjuanglah di jalan Allah, supaya kamu berbahagia (5:35)
· Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi, berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat kebahagiaan (5:90)
· Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat berbahagia” (5:100)
· Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu berbahgia. (7:69)
· Hai orang-orang yang beriman, jika kamu memerangi musuh musuh, teguhkan hatimu dan berzikirlah kamu kepada Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu bahagia (8:45)
· Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan (22:77).
· Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu berbahagia (24:31).
· Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu berbahagia (62:10).
Ayat-ayat tersebut diatas menunjukkan bahwa Islam menerangkan dengan jelas cara-cara mencapai kebahagiaan. Hanya satu hal yang menyebutkan kita harus mencari nikmat Allah (rejeki) untuk mecapai kebahagiaan (Surat Al Jumu’ah : 31).
Jangan lupa, bahwa kita setiap hari 10 kali diajak untuk mencari dan mencapai kebahagian, yaitu dengan menunaikan sholat (saat bekumandang azan & iqomah dikumandangkan hayya ‘alas sholaah, hayya ‘alal falaah). Jadi, mengerjakan sholat akan membuat kita berbahagia.
Jelaslah sekarang bahwa sebagian besar kebahagiaan tidak didapat dengan memburu harta dan kekayaan. Tetapi bahagia yang abadi menurut Islam adalah selalu mengingat Allah dan bertakwa kepada-Nya.
Kebahagiaan dan Efeknya
Kebahagiaan membawa dampak psikologis yang sangat besar terhadap kehidupan orang yang bersangkutan. Seorang yang bahagia, cenderung berpikiran terbuka, suka menolong, dermawan dan care terhadap orang lain. Orang yang bahagia juga cenderung ikhlas berkorban untuk orang lain. Itulah yang disebut altruisme.
Terhadap orang yang anda cintai dan anda berbahagia dengannya, anda cenderung lebih sabar (walaupun sejatinya anda termasuk orang pemarah), mau menolong, mau meminjamkan uang (walaupun dengan begitu anda ngutang ke teman dekat anda).
Jadi jika ada orang yang sudah kaya, tetapi kikir, berarti dia belum berbahagia (bagaimana mau bahagia, kalau pikirannya mengejar harta terus..tanpa pernah bersyukur dan selalu merasa kekurangan).
Jadi menurut gambaran saya, begitulah (apa yang saya tulis diatas) yang dinamakan bahagia.
|
0 komentar:
Post a Comment