Reog Ponorogo

Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan

Reog Ponorogo

Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan

Reog Ponorogo

Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan

Reog Ponorogo

Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan

Reog Ponorogo

Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan

Tuesday, November 13, 2012

Membenci dan menghujat hukum yang di tetapkan ALLAH


Membenci dan menghujat hukum yang di tetapkan ALLAH Membencidan menghujat, mencela dan tidak senang dengan hukum-hukum yang ditetapkan olehALLAH baik sebagian ataupun keseluruhannya adalah perbuatan yang dapatmembatalkan keislaman seseorang dan menyebabkan pelakunya murtad dari dinul Islam.

Terhadap hukum ALAH, Orang yang pertama menyelisihkannya maka dia telah sengaja murtad dari dien Islam, sedangkan untuk orang yang kedua dia akan mendapatkan dosa menurut kadar sejauh mana kemaksiatan yang dilakukannya, namun masih dikategorikan dalam ruang lingkup orang-orang yang beriman dan termasuk orang yang beriman.

Diantara contoh menghujat dan mebenci hukum ALLAH itu adalah bahwa ALLAH memperbolehkan para laki-laki berpoligami atau menikah lebih dari satu (dengan syarat yang ditentukan).

Mereka yang menganggap bahwa hal tersebut merupakan bentuk penzholiman terhadap kaum wanita, sewenang-wenang, merugikan dan menyatakan bahwa hukum ituadalah tidak adil karena hukum itu hanya mengenakan kaum lelaki, tidak ada hikmah apa lagi rahmat didalamnya. Fikiran dan pandangan seperti itu bisa menyebabkan amalannya hilang binasa sebab keyakinan seperti itu merupakan pangkal dari segala kerusakan.

Sekiranya seseorang merasa beriman dan ridho terhadap ketentuan dan hukum ALLAH tersebutnamun hawa nafsunya tidak rela terhadap hukum tersebut karena adanya rasa cemburu maka hal tersebut bisa di jadikan alasan di hadapan Robbnya. Namun jika menganggap bahwa ALLAH telah zholim didalam menetapkan suatu ketetapan(hukum) kemudian menghujat hukum itu dan menodai syariat itu, maka yang demikian itu termasuk perbuatan dosa yang paling besar.

Dari: AbdulLathif bin Hajis Al-Ghomidi, 100 Dosa Yang Diremehkan Wanita, 1421H/2001M

Tentang maskawin didalam pernikahan

Mas kawin atau mahar adalah syarat di dalam suatu pernikahan, menurut para ulama dari kalangan mazhab Syafi'i, segala sesuatu yang memiliki nilai untuk membeli apa saja boleh di jadikan sebagai mas kawin. Muhammad Rasulullah SAW bersabda "carilah walau hanya sebuah cincin dari besi"

Pada jaman sekarang ini Mas Kawin atau Mahar yang besar atau mahal seolah-olah menjadi trend sebagai bentuk dan wujud status sosial si pemberi dan penerimannya, ada juga yang terkesan meminta dan menetapkan mas kawin atau mahar yang menyulitkan bagi kaum pria, pada kasus seperti ini biasanya yang menjadi alasan adalah soal kehawatiran dan ketakutan terhadap kekurangan material.

Sebenarnya hal ini tidak di anjurkan, karena Allah telah menjanjikan kecukupan atas hal tersebut, firman Allah "Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-nya" ( QS: An-Nuur:RE)" jadi berharaplah akan adanya kecukupan itu datangnya hanya dari Allah.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, ia menuturkan Rasulullah Alaihi wa Salam bersabda "Pernikahan yang paling besar berkahnya adalah yang paling mudah ongkosnya (maskawinnya)"

Diriwayatkan dari Aisyah RA, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda "Wanita yang paling besar berkahnya adalah yang paling mudah ongkosnya (maskawinnya)"

Dalam berbagai riwayat di sebutkan bahwa Rasulullah SAW tidak menyukai maskawin yang terlalu mahal, karena sesungguhnya berkah pernikahan itu bukan berada pada mahalnya maskawin

Ketabahan seorang wanita

Sebuah hikayat yang mungkin bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua tentang arti sebuah kesabaran, sabar terhadap apa yang di tetapkan oleh ALLAH SWT.

Di riwayatkan Alyafi'I dari Abul Hasan Assaraj berkata: ketika saya keluar berhaji ka baitillahil haram, di waktu tawaf tiba-tiba melihat wanita yang bersinar wajahnya, sehingga saya katakan "demi ALLAH belum pernah saya melihat wajah secantik dan secerah itu, tidak lain itu pasti karena tidak pernah merasa risau dan sedih hati" tiba-tiba wanita itu mendengar kata-kataku, lalu ia bertanya
"Apakah katamu hai orang laki?, demi ALLA saya tetap terbelenggu oleh duka cita, dan luka hati karena risau, tiada seorangpun yang menyekutuiku dalam hal ini"
Maka aku bertanya "bagaimanakah itu?"
Jawabnya "pada suatu hari ketika suamiku menyembelih kambing korban (udhiyah), dan pada waktu itu saya mempunyai dua orang anak yang sudah bermain-main dan yang satu masih menetek, dan ketika aku bangun untuk membuatkan makanan, tiba-tiba putraku yang agak besar berkata kepada adiknya: Sukakah saya tunjukan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing? Jawab adiknya: baiklah. Lalu di terlentangkan dan di sembelih adiknya. Kemudian ia merasa ketakutan dan lari ke bukit yang mana disana ia dimakan serigala, lalu ayahnya pergi mencari putranya hingga mati kehausan, dan ketika saya taruh bayiku dan saya tinggal keluar pintu untuk melihat bagaimana keadaan ayahnya, tiba-tiba bayi itu merangkak menuju ke kuali yang sedang mendidih dan di tarik akhirnya tertumpah kuali yang sedang mendidih itu ke badannya sehingga terkupas dagingnya, kemudian berita ini sampai pada putriku yang telah kawin, maka ia jatuh pingsan dan bertepatan ajalnya, sehingga aku tinggal sebatang kara diantara mereka semua."
Lalu saya tanya: "dan bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang hebat itu?"
Jawabnya: " Tiada seorang yang dapat membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan diantara keduanya ada jalan yang berbeda, adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir maka itu baik dan terpuji akibatnya, adapun mengeluh maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka".


Di kutip dari "Irsyadul 'ibad ilasabilirrasyad"